Tradisi Mepe Kasur di Banyuwangi Menjelang Idul Adha, Dipercaya Membuat Rumah Tangga Bertahan: Okezone News

by -72 Views

– Warga di Banyuwangi memiliki tradisi unik menjelang Hari Raya Idul Adha. Tradisi yang disebut mepe kasur atau menjemur kasur menjadi hal yang biasa terjadi di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, menjelang Hari Raya Idul Adha.

Warga percaya bahwa tradisi mepe kasur atau menjemur kasur dapat membuat hubungan pasangan suami istri (pasutri) menjadi harmonis dan langgeng.

Terlihat bahwa tradisi mepe kasur ini dilakukan dengan cara menjemur kasur kapuk di halaman rumah masing-masing warga Desa Kemiren. Setiap rumah menjemur kasur saat memasuki Hari Idul Adha di bulan Dzulhijjah.

Tokoh Adat Using Desa Kemiren, Adi Purwadi, menjelaskan bahwa tradisi mepe kasur merupakan bagian dari rangkaian upacara adat tumpeng sewu di Desa Kemiren yang dilaksanakan setiap minggu pertama bulan Dzulhijjah antara hari Kamis atau Minggu.

“Upacara adat tumpeng sewu bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur warga atas nikmat yang diberikan sang pencipta,” ujar Adi Purwadi kepada MPI, Sabtu (8/6/2024).

Yang unik, semua kasur yang dijemur memiliki warna yang sama, yaitu merah hitam. Kedua warna tersebut melambangkan harmonisasi dalam rumah tangga dengan perpaduan prinsip keberanian dan keabadian.

“Mungkin satu-satunya desa yang memiliki kasur seragam dengan warna merah dan hitam. Warna hitam melambangkan keabadian, sementara merah melambangkan keberanian dan kerja keras,” kata Adi Purwadi.

Menurut Adi, kedua unsur tersebut menjadi prinsip warga desa dalam membangun sebuah mahligai rumah tangga. Kasur dipercaya menjadi bagian penting dalam membangun rumah tangga, karena kasur merupakan simbol rumah tangga.

“Kasur merupakan simbol rumah tangga. Untuk memiliki rumah tangga yang bahagia, maka dua unsur tadi, yaitu keabadian terhadap jodoh dan kerja keras serta keberanian harus dipelihara,” jelasnya.

Kedua unsur tersebut saling terkait dalam kehidupan pasutri, mulai dari asmara hingga perekonomian. Diyakini bahwa dengan menjaga kedua unsur tersebut, keharmonisan rumah tangga dapat terjaga.

Adi juga menambahkan bahwa setiap orang tua di Desa Kemiren yang memiliki anak perempuan saat menikah akan memberikan kasur berwarna merah hitam. Kasur tersebut merupakan simbol doa agar buah hati mereka bahagia dalam membangun rumah tangga baru.

“Orang tua di sini akan memberikan kasur merah hitam sebelum anak perempuan membeli kebutuhan lainnya. Hal ini merupakan doa agar anak perempuan mereka bahagia dalam membangun rumah tangga baru,” tambahnya.