Kritik Ketimpangan Pendidikan di Papua: Anak-anak Tidak Sekolah

by -13 Views

Pembangunan Infrastruktur di Papua: Antara Jalan dan Pendidikan

Pembangunan di Papua telah mengalami percepatan pesat, terutama dalam pembukaan jalan, perluasan tambang, dan proyek strategis lainnya. Namun, di tengah kemajuan infrastruktur, sektor pendidikan di Papua masih mengalami ketimpangan serius. Anak-anak Papua, terutama di daerah pedalaman dan pegunungan, menghadapi hambatan besar dalam akses dan mutu pendidikan.

Papua, dengan kekayaan sumber daya alamnya, masih terjebak dalam keterbelakangan pembangunan manusia. Menurut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) BPS, Papua dan Papua Pegunungan selalu menduduki peringkat terendah nasional. Pendidikan menjadi masalah utama yang tidak kunjung terselesaikan di Papua.

Pemerintah pusat fokus pada pembangunan infrastruktur seperti jalan trans Papua, pelabuhan, dan bandara. Namun, infrastruktur tersebut lebih menguntungkan sektor ekonomi dan perusahaan besar ketimbang memperhatikan akses pendidikan dan layanan dasar. Banyak jalan dibangun menuju tambang dan perusahaan strategis, bukan ke desa terpencil yang membutuhkan konektivitas untuk sekolah dan puskesmas.

Kondisi pendidikan di pedalaman Papua sangat memprihatinkan. Sekolah tidak layak, kekurangan guru, medan sulit untuk murid, dan kurikulum yang tidak sesuai dengan konteks lokal. Dana dari Dana Otonomi Khusus (Otsus) belum dioptimalkan untuk pendidikan. Banyak anggaran terbuang untuk birokrasi dan kegiatan administratif, bukan untuk sekolah dan murid.

Pendidikan di Papua harus menjadi relevan, berkeadilan, dan memperhatikan realitas sosial-budaya masyarakat adat. Rekomendasi kebijakan termasuk reorientasi anggaran Otsus untuk pendidikan dasar dan menengah, rekrutmen guru lokal, penguatan sekolah berbasis komunitas adat, pengawasan ketat dana pendidikan, dan fasilitasi pembangunan asrama dan transportasi pendidikan.

Penting untuk memprioritaskan pendidikan di Papua sebagai fondasi pembangunan. Infrastruktur tanpa pendidikan hanya akan meningkatkan ketimpangan dan membuat masyarakat Papua menjadi penonton di tanah mereka sendiri. Bila anak-anak Papua terus tidak mendapatkan akses pendidikan, kita harus merenung, siapa sebenarnya yang sedang dibangun di Papua ini.

Source link