Pemerintah China menolak kebijakan tarif impor baru Amerika Serikat yang diinisiasi oleh Presiden Trump. Mereka mengritik kebijakan tersebut karena dianggap dapat mengganggu tatanan perdagangan global yang sudah ada. China juga melihat kebijakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
China berpendapat bahwa kebijakan tarif impor yang diberlakukan AS dapat merusak sistem perdagangan multilateral yang berdasarkan aturan serta tatanan ekonomi dan perdagangan internasional yang telah terbangun. Menanggapi hal ini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatakan bahwa tindakan tersebut melanggar aturan WTO.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara resmi memberlakukan kenaikan tarif sebesar 25% untuk semua produk baja dan aluminium yang diimpor ke negaranya. Sementara hampir semua produk dari China telah dikenakan tarif sebesar 10%, dan rencananya akan naik menjadi 20%. Langkah ini diambil untuk mengurangi pasokan narkotika jenis fentanil dari China ke AS.
China menegaskan penolakannya terhadap kebijakan tarif itu sebagai bentuk menjaga kestabilan tatanan perdagangan global yang sudah ada. Tindakan Trump dinilai dapat memberikan dampak negatif terhadap hubungan dagang antara kedua negara.
