Anggota Dewan Pakar DPP Partai Gerindra, Bambang Haryo Soekartono (BHS), mengajukan permintaan kepada Pemerintah untuk mempertimbangkan secara matang rencana kenaikan bea masuk impor hingga 200 persen, terutama untuk barang-barang dari China. Menurut BHS, kebijakan ini akan memiliki dampak yang signifikan bagi masyarakat, pelaku usaha, dan ekonomi nasional. Beliau menekankan pentingnya pemerintah mempertimbangkan dampaknya terhadap konsumen, industri, dan perdagangan dalam negeri sebelum menerapkan kebijakan tersebut.
BHS juga menyoroti potensi reaksi negara-negara pengekspor seperti China terhadap kenaikan bea masuk ini. Hal ini bisa menyebabkan negara tersebut mencari cara untuk meningkatkan pendapatannya dengan ekspor barang ke Indonesia, terutama untuk bahan baku industri di dalam negeri. Sebagai contoh, industri tekstil di Indonesia saat ini sangat bergantung pada impor bahan baku dari China, yang menyumbang sekitar 80 persen dari biaya produksi. Dengan peningkatan bea masuk, harga komponen bahan baku ini bisa naik, mengakibatkan kenaikan harga produk tekstil di Indonesia.
BHS mengingatkan bahwa jika harga produk tekstil lokal menjadi terlalu tinggi akibat kenaikan bea masuk, maka masyarakat Indonesia akan kesulitan untuk membelinya, yang pada akhirnya akan merugikan industri dalam negeri. Oleh karena itu, BHS mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan dengan seksama kebijakan tersebut demi keberlangsungan ekonomi nasional.