MAJOR GENERAL TNI (RET.) SUHARTONO SURATMAN

by -80 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I

Selain sebagai atlet anggar, Pak Tono juga adalah penembak yang hebat. Dia juga sangat pandai berenang. Biasanya, seseorang yang pandai dalam terjun bebas tidak mahir dalam menyelam, atau seorang penyelam tidak mahir dalam terjun bebas. Namun, Pak Tono hebat dalam kedua hal tersebut. Dia adalah anggota Pasukan Katak. Dia juga pandai dalam karate. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah seorang Perwira Angkatan Darat yang memberikan contoh yang baik dan seharusnya menjadi panutan bagi bawahannya dan generasi berikutnya.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang tepat untuk menjadi kepala Sekolah Tinggi Taruna Nusantara. Saya bertanya, ‘Pak Tono Suratman, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara?’

‘Saya bersedia’. Bayangkan patriotisme dari lelaki ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Panglima Komando Daerah Militer Kalimantan. Sekarang dia sudah pensiun, tetapi dia bersedia menjadi kepala Sekolah Tinggi Taruna Nusantara.

Tono Suratman adalah adik angkat saya satu tahun lebih muda. Kami telah bersama untuk waktu yang cukup lama. Meskipun ada perbedaan usia, kami sangat dekat. Bagi saya, dia seperti adik kandung sendiri. Ketika kami masih lajang, dia sering menginap di rumah orang tua saya di Kebayoran Baru, di Jalan Kertanegara nomor 4.

Saat saya menjadi Komandan Kompi (DANKI), dia adalah Komandan Peleton (DANTON) 1. Kami berdua ditugaskan ke Timor Timur. Dia bergabung dengan Nanggala 28. Kode nama saya adalah Kancil; sedangkan dia adalah Kancil Satu. Di sana, saya melihat bagaimana dia menonjol sebagai perwira lapangan.

Sejak dia adalah seorang kadet, Pak Tono telah sangat aktif dalam olahraga. Dia telah menjadi anggota tim anggar nasional. Dia juga merupakan anggota tim renang AKMIL; dan juga seorang penembak yang hebat.

Dia menonjol sebagai seorang perwira muda di KOPASSUS. Ketika saya menjadi Wakil Komandan Detasemen 81, saya menyarankan kepada Pak Luhut sebagai atasan saya untuk menunjuk Pak Tono sebagai Komando Frogmen unit anti-teror. Sejak itu, saya sering pergi ke medan perang bersama Pak Tono.

Dalam karirnya, akhirnya dia menjadi Komandan kelompok Para-Komando KOPASSUS 1. Dia juga menggantikan posisi saya sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Pelatihan KOPASSUS (PUSDIKPASSUS). Dia juga memimpin pasukan Rajawali, yang terdiri dari kompi-kompi terbaik dari seluruh KODAM. Kompi-kompi ini dilatih khusus dalam taktik anti-gerilya, yang kami sebut pasukan pemburu. Setelah pelatihan, pasukan Rajawali dikerahkan ke Timor Timur. Pasukan ini sangat efektif dalam pertempuran. Ini adalah pendahulu Batalyon Raider yang dibentuk oleh Jenderal Ryamizard Ryacudu sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.

 

Selain sebagai atlet anggar, Pak Tono juga adalah penembak yang hebat. Dia sangat mahir dalam menembak pistol, senapan serbu dll. Dia juga adalah perenang yang sangat baik, tak heran, karena dia pernah memimpin Komando Frogmen Detasemen 81. Dia berlatih dengan Komando Frogmen elit Angkatan Laut (KOPASKA). Selain itu, dia juga adalah penyelam tempur dan terjun payung bebas yang luar biasa.

Biasanya, seseorang yang sangat mahir dalam terjun bebas tidak bisa menyelam, dan sebaliknya. Namun, Pak Tono hebat dalam kedua hal tersebut. Dia juga pandai dalam karate. Dia adalah orang yang berpengetahuan luas. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah panutan yang baik dan diidolakan oleh para perwira dan generasi muda.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya bertekad untuk memperbaiki Sekolah Tinggi Taruna Nusantara, yang didirikan di bawah naungan Kementerian Pertahanan. Sekolah Tinggi Taruna Nusantara didirikan oleh Pak Benny Moerdani. Ketika saya masih seorang perwira muda, saya terlibat dalam merancang konsep awal sekolah tersebut dan mempresentasikannya kepada Pak Benny Moerdani.

Ketika saya diangkat sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang cocok untuk menjadi kepala sekolah, jadi saya bertanya kepada Pak Tono. ‘Pak Tono, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara?’

Siap. Saya bersedia!’, jawab Pak Tono tanpa ragu.

Bayangkan patriotisme dari lelaki ini. Dia pernah menjadi asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Panglima Komando Daerah Militer di Kalimantan. Dia telah pensiun, tetapi dia bersedia menjadi kepala Sekolah Tinggi Taruna Nusantara. Dia menganggap sekolah tersebut sebagai ‘periuk’ untuk mendidik dan melatih siswa yang luar biasa yang nantinya akan menjadi pemimpin superior, instrumen penting bagi masa depan negara dan bangsa. Pak Tono adalah adik angkat saya yang kepemimpinannya harus diajarkan dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Dalam pandangan saya, seharusnya dia menjadi komandan Pasukan Khusus Indonesia karena dia adalah perwira komando yang lebih baik daripada saya, dan mungkin bahkan menjadi Komandan KOSTRAD.

Source link