Pejuang Nasional Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo

by -172 Views

Gubernur Suryo tidak dapat dipisahkan dari peristiwa 10 November 1945. Bahkan, dia berada di balik keputusan terjadinya pertempuran Surabaya yang merupakan salah satu kejadian penting dalam sejarah perang yang melibatkan rakyat Indonesia. Pertempuran sengit antara para pemuda dan santri Surabaya melawan tentara Inggris merupakan peristiwa heroik dalam memperkuat kemerdekaan Republik Indonesia.

Pertempuran besar dengan tentara pemenang Perang Dunia II berlangsung selama tiga minggu dengan korban jiwa lebih dari 16 ribu pejuang Indonesia dan 200 ribu rakyat sipil mengungsi. Setiap tahun peristiwa 10 November ini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Pertempuran 10 November dipicu oleh tewasnya Brigjen Aubertin Walter Sothern Mallaby dalam bentrokan senjata antara pihak Indonesia dan Inggris pada 30 Oktober 1945. Inggris marah besar atas tewasnya jenderal mereka dan menuntut pelaku ditangkap.

Hingga akhirnya, tentara Inggris menerbitkan ultimatum yang ditujukan kepada para pemimpin, pejuang, dan rakyat Surabaya. Ultimatum tersebut menuntut penyerahan diri para pemimpin bangsa Indonesia, penyerahan senjata, dan evakuasi warga perempuan dan anak ke Mojokerto dan Sidoarjo.

Ultimatum tersebut membuat penduduk Surabaya panik, namun para pemuda pimpinan Bung Tomo sudah siap perang sejak awal menolak tuntutan Inggris. Gubernur Suryo meminta warga Surabaya tetap tenang sementara menunggu arahan dari Jakarta. Namun Pemerintah Pusat menyerahkan sepenuhnya kepada rakyat Surabaya untuk mengambil langkah.

Dalam kondisi tersebut, Gubernur Suryo harus mengambil keputusan penting yang akan menentukan masa depan Surabaya dan Indonesia. Keputusan tersebut akan menunjukkan apakah Indonesia adalah bangsa besar yang tidak takut kepada siapa pun, termasuk negara super power seperti Inggris, atau menjadi bangsa yang takluk dan menyerah sebelum berperang. Keputusan besar itu ada di tangan Gubernur Suryo.

Hingga menjelang tengah malam, setelah lewat dari batas waktu yang ditentukan Inggris, Gubernur Suryo akhirnya menyampaikan keputusan penting tersebut kepada rakyat Surabaya melalui saluran radio. Pidatonya tidak berkobar-kobar seperti Bung Tomo, namun pidato singkat yang disampaikan dengan tenang itu sarat energi sehingga menggerakkan semua orang yang mendengarnya untuk siap membela Tanah Air sampai titik darah penghabisan.

Gubernur Suryo bukan prajurit, tapi dia paham tanggung jawab sejarah dan tugas seorang pemimpin. Dia mewakili bangsanya dan memberikan contoh kepada generasi penerus bagaimana seorang pemimpin membela Tanah Air.

Source link